meriam lada secupak dan pelarian Rohingya |
Alkisah. Ratusan tahun yang silam endatu kita dari Kerajaan Aceh telah melayari laut ribuan batu jauhnya, dengan 'azam
meminta bantuan ke pada Kerajaan Turki Utsmani untuk mengusir kafé
Portugis dari tanah Aceh. Mereka membawa berpuluh-puluh (ratusan/ribuan
kilo gram) karung lada untuk ditukarkan dengan berbagai peralatan
perang. Karena jauhnya jarak tempuh Aceh-Turki dan berbagai rintangan
dari pembajak laut di dalam mengarung lautan, sampailah mereka di Turki
dengan hanya sisa lada yang sedikit. Beberapa kilo gram sahaja. Secupak.

Mengingat situasi negeri Aceh yang tengah diperangi habis-habisan oleh
Portugis dan ikatan bathin yang erat dan rasa perlu untuk membantu
saudaranya yang sangat membutuhkan, raja Turki pun memberikan bantuan
peralatan perang secara percuma ke pada bangsa Aceh.
"Meriam lada secupak" yang dilarikan dan disimpan di salah satu mesium perang di Holanda beratus tahun dahulu itu adalah rakam jejak sejarah. Ianya telah pun menjadi artefak sejarah yang sangat berharga bagi pengkaji sejarah sekarang ini.
Dan lelaki-lelaki berkulit hitam manis
sepertiku, perempuan-perempuan cantik dan kanak-kanak comel yang tak
berdosa dari Rohingya pun terdampar di perairan timur-utara Aceh. Lalu
seorang penderma yang tak seberapa kaya telah pun menyumbang sebagian
dari hartanya tanpa sempat berfikir panjang.
Sekembalinya dari tempat penampungan pengungsi, saat ia duduk di kedai kopi, seorang karibnya bertanya, "kenapa kau membantu orang lain yang tak kaukenal, sementara hidupmu saja susah?"
Lelaki kampungan tadi mendesah di telinga sahabatnya, "setiap masa kita meminta kesempurnaan ke pada Tuhan di setiap do'a kita. Lalu Tuhan pun mengirim saudara-saudara kita yang kelaparan dan ketakutan ke pantai kita. Mereka orang asing yang tiada kena-mengena dengan kita. Mereka bukan bangsa kita. Tapi mereka butuh hulur tangan kita." Lalu dia diam sekianjenak.
Ia melanjutkan, "Tiadalah sia-sia sesiapa sahaja yang mahu membantu mereka semampunya hari ini. Melainkan kelak, ratusaan tahun yang akan datang, anak-anak kita akan menulis sejarah bantuan ini. Seperti mana pengkaji dan penulis sejarah telah menulis sejarah 'meuriam lada sicupak' yang telah menjembatani kita ke ratusan tahun silam."
"Meriam lada secupak" yang dilarikan dan disimpan di salah satu mesium perang di Holanda beratus tahun dahulu itu adalah rakam jejak sejarah. Ianya telah pun menjadi artefak sejarah yang sangat berharga bagi pengkaji sejarah sekarang ini.

Sekembalinya dari tempat penampungan pengungsi, saat ia duduk di kedai kopi, seorang karibnya bertanya, "kenapa kau membantu orang lain yang tak kaukenal, sementara hidupmu saja susah?"
Lelaki kampungan tadi mendesah di telinga sahabatnya, "setiap masa kita meminta kesempurnaan ke pada Tuhan di setiap do'a kita. Lalu Tuhan pun mengirim saudara-saudara kita yang kelaparan dan ketakutan ke pantai kita. Mereka orang asing yang tiada kena-mengena dengan kita. Mereka bukan bangsa kita. Tapi mereka butuh hulur tangan kita." Lalu dia diam sekianjenak.
Ia melanjutkan, "Tiadalah sia-sia sesiapa sahaja yang mahu membantu mereka semampunya hari ini. Melainkan kelak, ratusaan tahun yang akan datang, anak-anak kita akan menulis sejarah bantuan ini. Seperti mana pengkaji dan penulis sejarah telah menulis sejarah 'meuriam lada sicupak' yang telah menjembatani kita ke ratusan tahun silam."
0 komentar:
Post a Comment